Hari yang Ku Tunggu , Datang
Pagi tadi sekitar pukul 06.35 WIB
aku bertolak dari rumah menuju sekolah adik perempuan ku di SD Muhammadiyah
Kota Magelang. Begitulah tugas pagi yang tidak pernah absen, mengantar adik
sekolah. Karena memang searah dengan jalan menuju kampus tempatku belajar sekarang ini (UNTIDAR). Namun, ada
hal yang berbeda di hari sabtu ini.
Selepaas mengantar si adik sekolah, aku punya agenda dengan teman-temanku.
Seperti yang sudah aku ceritakan di postingan ku semalam. Ya, kali ini kami
akan naik ke Gunung Tidar.
Ini dia hari yang telah ku tunggu.
Meski begitu, aku masih harus menunggu kedatangan teman-temanku di tempat yang
sudah kami rencanakan. Syukurlah tidak ada yang terlambat. Terlihat wajah-wajah
ceria dan semangat untuk melangkahkan kakinya di setiap anak tangga menuju
puncak Gunung Tidar. Tak seperti terakhir kali ketika kunjungan pertama ku.
Anak tangga yang sebelumnya agak terjal kini telah mengalami perbaikan. Setiap
langkah kaki kami nikmati dengan melihat ke sekeliling area, yang di tumbuhi
pohon cemara. Suasana yang masih begitu hijau dan asri. Tak lupa pula senjata
kami di setiap perjalanan yaitu kamera.
Untuk mengabadikan setiap moment kebersamaan kami J.
Masing-masing mempunyai cara
sendiri untuk menikmati alam tidar yang asri. Setiap mata yang tak henti
melihat ke sekeliling hutan cemara. Bibir yang senantiasa mengembangkan
senyumnya. Sebelum sampai di puncak kita akan melihat pemandangan para peziarah makam Syeh Subakir dan makam Kiyai
Sepanjang. Mereka merupakan tokoh-tokoh di balik Gunung Tidar. Sebuah situs
blog yang aku baca menjelaskan bahwa
Gunung Tidar merupakan Pakuning Tanah Jawa (Pakunya Tanah Jawa). Gunung ini
terletak di tengah-tengah Pulau Jawa.
Aku tak merasa lelah ketika telah sampai di
puncak, mungkin karena ini sudah yang kedua kalinya. Kami disambut tanah lapang
dengan hamparan rumput hijau . Berfoto bersaama menjadi agenda wajib kali ini.
Cepret sana cepret sini, nggak ada
habisnya. Sampai kami tiba di sebuah makam milik Kiyai Ismoyo atau yang lebih
dikenal dengan sebuatan Kiyai Semar. Makam ini berbentuk kerucut, seperti caping
dengan trisula yang menacap pada bagian pucuk kerucut. Selain itu terdapat
tulisan aksara jawa yang melingkari bangunan makam ini. Kami mendapat informasi
kalau di dalam makam terdapat sebuah Trisulayang ukurannya cukup besar. Namun,
ketika aku intip ke dalam ternyata tidak terlihat, karena dinding yang
melingkari bangunan makam cukup tinggi. Aku tersadar bahwa apa yang aku lakukan
tidak sepantasnya dilakukan, jadi aku mengurungkan niat ku untuk mengambil
gambar bagian dalam makam. Seingat ku di dalam terdapat sajen, dupa dan kelopak
bunga mawar. Efek masih pagi jadi tak ada perasaan takut hanya seram
(hahahahaha). Begitulah kepercayaan kejawen masyarakat sekitar yang masih terlihat kental.
Setelah puas berkeliling dan
berfoto kami memutuskan untuk turun. Kebersaman ini sangat berkesan untuk ku.
Kebersaman yang selalu kita tutup dengan bersantap kuliner. Lain kali kita
harus agendakan lagi ya teman. Di akhir ceritaku ini aku akan berbagi
beberapa foto yang berhasil kami abadikan dan akan menjadi kenangan manis kami.Tetapi tidak untuk hari ini , mengingat koneksi yang begitu lambat . ~~~~Sekian
^_^~~~~~