Sabtu, 09 Mei 2015

Jejak Langkah di Hutan Cemara (Gunung Tidar)

Hari yang Ku Tunggu , Datang


Pagi tadi sekitar pukul 06.35 WIB aku bertolak dari rumah menuju sekolah adik perempuan ku di SD Muhammadiyah Kota Magelang. Begitulah tugas pagi yang tidak pernah absen, mengantar adik sekolah. Karena memang searah dengan jalan menuju kampus tempatku  belajar sekarang ini (UNTIDAR). Namun, ada hal yang berbeda di hari sabtu  ini. Selepaas mengantar si adik sekolah, aku punya agenda dengan teman-temanku. Seperti yang sudah aku ceritakan di postingan ku semalam. Ya, kali ini kami akan naik ke Gunung Tidar.
Ini dia hari yang telah ku tunggu. Meski begitu, aku masih harus menunggu kedatangan teman-temanku di tempat yang sudah kami rencanakan. Syukurlah tidak ada yang terlambat. Terlihat wajah-wajah ceria dan semangat untuk melangkahkan kakinya di setiap anak tangga menuju puncak Gunung Tidar. Tak seperti terakhir kali ketika kunjungan pertama ku. Anak tangga yang sebelumnya agak terjal kini telah mengalami perbaikan. Setiap langkah kaki kami nikmati dengan melihat ke sekeliling area, yang di tumbuhi pohon cemara. Suasana yang masih begitu hijau dan asri. Tak lupa pula senjata kami di setiap perjalanan yaitu  kamera. Untuk mengabadikan setiap moment kebersamaan kami J
Masing-masing mempunyai cara sendiri untuk menikmati alam tidar yang asri. Setiap mata yang tak henti melihat ke sekeliling hutan cemara. Bibir yang senantiasa mengembangkan senyumnya. Sebelum sampai di puncak kita akan melihat pemandangan  para peziarah makam Syeh Subakir dan makam Kiyai Sepanjang. Mereka merupakan tokoh-tokoh di balik Gunung Tidar. Sebuah situs blog yang aku baca menjelaskan  bahwa Gunung Tidar merupakan Pakuning Tanah Jawa (Pakunya Tanah Jawa). Gunung ini terletak di tengah-tengah Pulau Jawa.
 Aku tak merasa lelah ketika telah sampai di puncak, mungkin karena ini sudah yang kedua kalinya. Kami disambut tanah lapang dengan hamparan rumput hijau . Berfoto bersaama menjadi agenda wajib kali ini. Cepret sana cepret sini, nggak ada habisnya. Sampai kami tiba di sebuah makam milik Kiyai Ismoyo atau yang lebih dikenal dengan sebuatan Kiyai Semar. Makam ini berbentuk kerucut, seperti caping dengan trisula yang menacap pada bagian pucuk kerucut. Selain itu terdapat tulisan aksara jawa yang melingkari bangunan makam ini. Kami mendapat informasi kalau di dalam makam terdapat sebuah Trisulayang ukurannya cukup besar. Namun, ketika aku intip ke dalam ternyata tidak terlihat, karena dinding yang melingkari bangunan makam cukup tinggi. Aku tersadar bahwa apa yang aku lakukan tidak sepantasnya dilakukan, jadi aku mengurungkan niat ku untuk mengambil gambar bagian dalam makam. Seingat ku di dalam terdapat sajen, dupa dan kelopak bunga mawar. Efek masih pagi jadi tak ada perasaan takut hanya seram (hahahahaha). Begitulah kepercayaan kejawen  masyarakat sekitar yang masih terlihat kental.
Setelah puas berkeliling dan berfoto kami memutuskan untuk turun. Kebersaman ini sangat berkesan untuk ku. Kebersaman yang selalu kita tutup dengan bersantap kuliner. Lain kali kita harus agendakan lagi ya teman. Di akhir ceritaku ini aku akan berbagi beberapa foto yang berhasil kami abadikan dan akan menjadi kenangan manis kami.Tetapi tidak untuk hari ini , mengingat koneksi yang begitu lambat . ~~~~Sekian ^_^~~~~~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar